Powered By Blogger

Selasa, 14 Oktober 2008

catatan arus balik 3: L U C K Y T J bagian 2

..sambungan terakhir
setelah menuggu selama setengah jam, bis yang belakangan ku ketahui bernama Mandala itupun meluncur dari Solo menuju terminal Giwangan Jogja. Sebagai permulaan cerita, dari sini aku ditemenin sama orang yang ngakunya bernama Iim dari Udanawu, deket kota Blitar.




Si Iim ini, ia suka sekali ngobrolin soal hempon, handphone deh.. dia cerita soal henpon-henpon nyang udah pernah dipakenya, en ternyata ujung-ujungnya dia malah pinjem hempon ku buat sms temennya yang di Purwokerto, minta dijemput.




Aku juga ditawarin telor rebus sama dia, tapi berhubung perutku agi gak enak (gara-gara insinyur yang bikin jalan raya Solo-Jogja se trampil yang buat jalan raya Sukowati sehingga banyak grunjel-grunjel di jalan), aku tolak dengan sopan. Lagian dia juga buang kulitnya sembarangan sih, bikin kesel aja.




Dalam perjalanan yang memakan waktu sekitar sejam seperempat, aku mikir-mikir, ni seandainya bus kebanggaan dosenku si TJ (Trans Jogja) itu udah ga ada yang kearah ring road utara, mampus aku. Terpaksa aku nanti minta jemput abangku di janti. Tapi kalo masih ada, ya , berarti naeik TJ aja ke halte Panggung n jalan dikit ke rmah. Moga-moga aja masih sempet nonton serial Heroes yangbaru-baru ini aku ikutin (ehm, ketauan noraknya).




Ternyata Allah mengijinkan, n aku sampe di Janti jam setengah delapan. Turun dari bus Mandala, lalu ngambil tas dari bagasi (sial, waktu kuraba agak basah. Ni kalo ga kena ujan pasti kena mesin AC). Nyeberang, nyamperin Halte TJ yang di utara jalan itu. ku tanya2 ma petugas nya,
"masih ada gak yang ke arah ring road?".
Si petugas tanya "Masnya mau kemana",
aku jawab "ke halte yang sebelum Kopma UGM".
"oh, Halte Panggung. Iya mas nanti jalur 3 A". Alhamdulillah, Yes, yes...




Setelah menunggu selama 15 menit, melihat dua bus TJ lupa jalur berapa, yang menurunkan dua penumpang cewe agak cakep, akhirnya dateng juga TJ jalur 3 A yang kunanti.




Aku masuk bus, duduk di bangku yang ada persis di depan pintu keluar, sehingga wajahku yang eksotis, beserta gaya dan penampilanku yang memukau pastilah terlihat dari luar. Terang aj, seorang PEMBALAP alias pemuda berbadan gelap, memakai celana abu-abu SMA, dengan jaket item duduk di kursi belakang sopir, menghadap kearah pintu masuk TJ. Di bawah ada tas mudik beroda, berwarna biru, disampingnya ada kotak kardus coklat bertuliskan Kabupaten Blitar beserta lambangnya.




Singkat tjerita, aku kembali menjalankan hobiku di saat bepergian dengan bus: ngeliatin pemandangan di luar bus. Aku sekarang jadi tahu kalo jalur 3A tu nantinya ngelewatin Carefour, terus lurus ketimur sampe ke halte bandara Adi Sucipto(ehm, ini yang paling dibanggain ma dosenku, yang katanya "integrasi tiga moda"), terus si TJ itu puterbalik ke barat lagi, tapi kemudian belok ke utara menuju Ring Road Utara. Whew, jadi artinya, sendinya ku mudik lagi n dlam perjlanan ke jogja, aku turun di halte bandara aja y, biar ga usah muter balik..




Jam menunjukkan pukul 20.10 an, aku masih di dalem TJ,ngeliatin suasana Jogja malem ari. di dlem bus aku denger bhwa ternyata ad semacam radio jaringan sopir TJ yang mengharuskan para sopir itu memberi laporn tentang suasana kerjanya, begitu namanya disebut oleh mbak2 bersuara cakep yng kayaknya semacam penyiar radio itu. ada sopir yng iseng, di akhir laporan dia bilang,"selmat malem, mbak yng cantik..". eh, tk disangka ad suara lain yang keluar dari itu radio, suara lakilaki, berkata "SERIUS, SERIUS..". Hahaaahaa, tawaku dlam hati. bis juga tu sopirr bus bercanda wktu kerja.. bus terus melaju, lewat UPN, liat Luna Maya pake baju kemben n rok pendek di perempatan Jl Affandi alias Gejayan, liat bakul susu kambing, n liat halte TJ Panggung akhirnya. Aku keluar dr bus, turun dari Halte, n akhirnya..


..jalan kaki sekitar 10 menitan. Dari halte panggung tas biru berisi pakaian itu aku seret. Tahu g kenapa aku seret? Soalnya kalo dijinjing berat. Pake tangan kiri, sementara kardus berisi oleh2 dari Bitu aku jinjing pake tangan kanan. Tahu g kenapa aku jinjing? Soalnya kalo diseret susah. Aku jalan kaki lewat jalan kampung yang sepi, dengan beberapa pemuda nongkrong disatu sisi jalan deket toko, lalu aku belok kiri n lewat depan rumah pak Bambang yang menteri pedidikan itu, lalu jalan kaki lagi sekitar 150 meter, dan sampailah aku di depan kosan tercinta..

cattn arus balik 3: S R A G E N C A K E P bagian 2

..sambuangannya lagi




..foya-foya karena bikinnya gampang kurasa. Lha wong tinggal lurus gitu, ga perlu banyak timbunan ato galian, n kalo kekerasan tanahnya juga seragam, pasti tmbh gampang deh bikinnya.




Ternyata udah jam 17.50, masih di Sragen. Hujan deras masih mengguyur. Rasanya asyik banget, ngeliatin hujan dari dalem bus yang lagi berjalan, ngeliatin orang-orang berteduh di pinggir jalan sambil ngobrol ama temen berteduhnya, duduk-duduk, berdiri-berdiri, ada yang boncengan naek motor di bawah mantel n jas ujan, bahkan ada pak tukang becak yang masih narik, topless alias telanjang dada, seakan menikmati guyuran penuh keberkahan.




Sementara aq nikmatin pemandangan ujan, orang-orang dalam bus makin ramai mengbrol. bahkan ada yang obrolannya sampai seperti ini:
"udan-udan enake sing anget-anget"
"ho-oh, contone kathok anget"
"hihihihi..",(ada yang cekikikan)
"kathok njero anget.."
"HIHIHI.."(cekikiannnya tambah parah)
"Njerone kathok yo anget.."
"Hush, ngobrole kok iso tekan masalah kathok ki lho.."si kondektur menyela.




Ato ada juga yang macem ini:
"..iyo , aku wis arep tekan Solo iki. Engko papaken yo, nggowo payung yo, iki udan angin.."
"GuOblok", ada suara laki-laki yang menimpali.
"Udan yo udan banyu, kok udan angin.."
dan tawa pun berderai..




ada pula yang semacam ini:
"pak-pak, aku mudhun kene",kata penumpang ibu2
"enak yo munggah mudhun, anget mengko",kata si bapak berpikiran rusuh..




Masih di Sragen, aku benar-benar menikmati 25 menit di kota tersebut. Smbl menikmati hujan, terdengar alunan kecruk(gitar berdawai tiga, namanya apa sih bhs indonesianya?) dari pengamen, yang kemudian menyenandungkan lagu jawa, Tombo Ati plus lagu rohani bernuansa muslim khas jawa. Judule aku lupa, tapi yang jelas ada pake "ojo eman karo bondho donya", "keretane kereta jawa, rodane papat arupo manungso,..". Suara si pengamen emang jauh dari kualifikasi American Idol, namun sangat pas membawakan lagu tersebut, ditambah kepiawaiannya memetik dawai kecruk, bukan monoton genjrengan lyknya pengmen biasa yg mengutamakn receh yang diterima tapi diselingi dan diakhiri petikan melodi yang khas layknya gitaris andal yang lbh menonjolkan rasa seni dan kemampunnya, menambah semarak suasana hati yang sedang menikmati hujan.




Selama menikmati hujan, yang paling menawan adalah sensasi saat melihat kilat dan mendengar petir menggelegar. Paling nggak ad lima kali kilat menyambar, dan terlihat sekali seolah dia membelah udara, dan retakannya menimbulkan suara petir yang dahsyat. Sekali kebayang seandainya si kilat itu tiba-tiba menyimpang dari jalurnya semula, lalu berbelok mengarah ke arah mata saya, dan...(udah,ga berani ngebayanginnya..)




Perjalanan berlanjut, hujan makin deras kayaknya. Pemandangan berubah menjadi sawah yang terbentang luas, dan kemudian saat di perbatasan Sragen, terlihat 5 gading raksasa berjajar, bagus banget, bila meninggalkan kota maka lengkungannya yang makin lama makin turun seakan membentuk jalan masuk yang tidak sempurna ke kota berikutnya. Aku penasaran apakah di sebelah kanan jalan ada yang seperti itu, simetris, namun begitu aku menolehkan kepala untuk melihatnya, gading-gading itu sudah tak terlihat lagi. Mungkin kapan-kapan aku bisa melihat pasangannya di sisi jalan yang satunya..




Sampai di terminal Solo, tak ada yang berarti, waktu berjalan seakan tiap detik sama lamanya dengan seperenampuluh menit, dan pada jam 17.50, bus itu berhenti di terminal Solo. Si Kondektur bilang bahwa busnya akan berangkat lagi jam 6.20, berarti 30 menit lagi. Namun karena hujan, keinginan untuk berjalan-jalan di terminal Solo sekadar melemaskan kaki dan mengisi perut jadi sirna. Akhirnya kuputuskan untuk beli nasi bungkus plus tahu goreng seribuan sekadar mengganjal perut..




bersambung..

Sabtu, 11 Oktober 2008

catatan arus balik 2: S R A G E N C A K E P bagian 1

...sambungannya yang tadi


Perjalanan Kediri-Nganjuk ga seberapa boring, soalnya aku seXan (n baru seX ini) liat Dhoho Plasa n masjid yang bagus banget di sebelahnya. 01ya, plus ad kejadian kecelakaan lalin, antara Sepeda-Motor-yang-Dikendarai-Cewek vs Sepeda-Motor-yang-Dikendarai-Cowok-Ngangkut-Tebu. kalo aku liat ga begitu parah koq, si cewe emang terkapar di jalan, darah di keningnya, tapi masih bernapas n si cowok mungkin ga kenapa-kenapa, secara si cowok jelas lebih tahan banting(tahan tabrak juga kali ya) daripada cewe..


Sekitar jam 13.10 di terminal Nganyuk, ehm, Nganjuk, aku n si BYMTDS (liat catatan arus balik 1: a B O R I N G D I K I T beginning) berpisah jalan. Aku ke musholla, sholat dulu, n si BYMTDS ga tau kemana(padahal katanya beliau si BYMTDS baru pertama ini ke Jogja). Sialnya, tu musholla terminal Nganjuk aghak ga terawat, n seandainya aku ga agi pilek, mungkin pas sujud rasanya bakalan bau debu.


Seusai sholat, aku lgsg keluar, nyari bus Sumber Kencono (temen kosanku bilang namanya sebenernya Sumber Bencono, setelah ada kejadian salahsatu armada bus ini nabrak RM Padang di Sleman). Nha, tu ketemu Sumber Bencono, eh , Kencono. setelah aku dekati, aku ditanyain kondektur, "mau kemana mas?", tak jawab "Jogja", dia bilang "lho, ini kan ke arah Surabaya". Waduh isin aku, malu besar..akhirnya agak mengeluarkan jurus akting yang ga mutu n pura2 bego, aku menggumam agak keras, "..oh iyo, sing Jogja kan sing kana..", sambil ngeloyor pergi..


Stlh cukup jauh dari jangkauan pendengaran si kondektur Sumber Kencono, aku ditanyain orang lagi, "mau kemana mas?", tak jawab "ke Jogja", orang tadi bilang "lha ini mas, solo jogja purwokerto". "oiya mas", jawabku. Aku lgsg naik bus yang ditunjuk, setelah masukin barang ke bagasi, n cari tempat duduk favoritku, sebelah kiri-dekat-jendela. Bbrp saat kemudian bus itupun pergi dengan kecepatan dua kali lipat bis Kawan Kita.


Jam 14.00. Bus yang kunaiki ternyata bus cepat, berAC lagi. Waduh, mahal ga ya, ntar?, batinku. Maklum, alergi mbayar mahal. Tapi, menilik pengalamanku tahun lalu, aku menaksir harga tiket ke jogja ga sampe 50 rb. Paling 40 rb, n bener aja, ketika si kondektur narikin karcis, ya emang 40 rb. Ku sodorin duit cepek, trus kembali 50rb plus 10 rb. begitu bus jalan, aku matiin ACnya soalnya kedinginan, n memasang posisi favoritku untuk bersiap tidur. perjlanan Nganjuk Jogja bakalan lama, n menurut perhitungan ntar jam 6-7-8 an malem baru sampe di Jogja. Dengan mata terpejam, mulut agak nganga dikit, akupun bobo..


G berapa lama bobo, eh t'bangun di Ngawi. Rupanya penumpang bus ini jadi agak banyak, n keliatannya mereka orang2 yang rame. Banyak celotehan ramai, ngomong jowo, menyiratkan kalo mereka semacam kenalan dekat, walopun nadnya keras. Sementara itu, dari jendela, d luar keliatan ujan. Wuah ni cocok buanget wat tidur. Kalo udah ndenger bunyi ujan, rasanya hati ini tenteram, serasa dosa-dosa diampuni, trus kepala jadi enteng n bobo pun dilajutkan..


Ternyata, Allah memutuskan untuk membangunkanku di Sragen,maka terbangunlah aku di jalan raya Sukowati. Rupanya disini ujan deres banget, dari kaca jendela yg basah, keliatan kalo di luar ada tetesan ujan yang jatuh bertubi-tubi, menyebabkan bulatan2 riak terbentuk di genangan air n orang-orang berteduh di teras toko, warung, bahkan rumah orang..


Saat ujan gini, n dalam kondisi aku lagi safar (dalam perjalanan), aku perhatiin ini kota cakep banget, dibawah guyuran hujan. Aku liat, dari jalan yang dilewati bus ini (Jalan raya sukowati) kayaknya ga belok2 selama sekitar 20 menitan, n dari situ aku perhatiin betapa kotanya rapi, tertata dari bangunan2 besar, bengkel, warnet, rumah, kantor dinas, lalu makin menjauh (ke barat) makin terlihat adanya sawah yang masih luas, diselingi bangunan2, n diwarnai jalan rel yang ternyata sejajar dengan jalan rayanya...

Rapi n cakep banget. Ini bentang alamnya emang kayak gini ya, aku batin, hampir ga ada naik turun, seakan landai terus sepanjang 15 KM an (ato mungkin lebih). ini insinyurya yang bikin jalan ada dua kemngkinan. Pertama si insinyurnya emang udah dikasih masterplan yang bagus n beliau bekerja keras mewujudkan n menata kota ini, dengan berbagai perhitungan rumit dan kalkulasi ruwet namun hasilnya bagus kayak gini. Ato si Insinyur jusatru foya2..
bersambung...

catatan arus balik 1: a B O R I N G D I K I T beginning

Jadi kemaren, hari kemis tanggal 9 oktober 2008, perjalanan kembali ke jogja dimulai (sekaligus berakhir pada jam stgh sembilan malemnya) jam setengah sepuluh. Hemm, bagi temen2 yang pernah safar jogja-wlingi mungkin heran kenapa kok bisa perjalanannnya(eh, n nya kebanyakan) jadi 10 jam. Alasannya karena kau pake mampir di terminal Nganyuk, eh, Nganjuk bwat solat bentar n di terminal Solo busnya ngetem setengah jam.



Nha, berangkat dari Wlingi jam stgh sepuluh udah nungguin bus Bagong ke arah Blitar. Lhah, pas nungguin bus, tiba-tiba R0m0 ku nyamperin lagi, katanya jangan berangkat dulu, nunggu adekq. Bberapa mnit kemudian beliau datang bersama adekq yang bungsu, lucu n imut, dengan perutnya yang gembul n pipinya yang lucu dia turun dari boncengan R0m0, n langsung aja minta dipangku.



Eh abis itu dataglah bus Bagong, dgn warna badan putih, bemper merah n kernet yang teriak-teriak :"Blitar, Blitar..". Wah ini, batinku, adek belum abis kangenya udah musti berangkat. Akhirnya dengan berat ati harus berangkat. Q turunkan adekq dari pangkuanku, ku cium pipi gembulnya n akupun naek ke bus, tanpa menoleh ke belakang..hikss, adekq sayang..tunggu mas ya..



Dalam perjalanan Wlingi-Blitar, ga ada yang begitu menarik. Setengah jam perjalanan terasa memakan waktu 31 menit..(yah, beda dikit, emangx pengaruh?)



d terminal Blitar, langsung naek bus Kawan Kita. Ini agak sialnya, ngapain juga aku pake masuk terminal, padahal ada bus Kawan Kita jurusan Kediri nyang udah siap berangkat di depan terminal. Payah, jadi harus nunggu satu giliran di terminal deh...



Setelah menunggu, sambil dihibur oleh pengamen yang nyanyiin lagu-wajib-pengamen-Jawa-Timur-an alias Gebi (Gebi apa Ghebi sih?) yang lagunya "Jauh kau pergi meninggalkan diriku..", akhirnya bus ini berangkat juga, hanya saja kecepatannya kayak atlet sepeda pancal yang udah nggenjot 4 jam nonstop . Luemot buanguet, mana panas lagi. Istilah yang populer anak sekolahan untuk kondisi seperti ini ialah "bus kompor". Baru setelah keluar dari perbatasan kota, jadi agak cepet dikit, tp panasnya ttp aja ad..



Pas di dlm bus, kernetnya narik 10 ribu. Waktu kernetnya udah minggat, eh, aku batin, kurangasem, sekarang jad mahal banget ya..



dalam perjalanan, aku baru tahu kalo ternyata ada daerah bernama Karanggayam di kecamatan Srengat(setelah kota Blitar), yang namanya sama dengan nama daerah dimana saya ngekos di Jogja. si Joko tetangga kosan juga tahu, itu ternyata daerah deket tumahnya si Atina Suraya yg adek penerusnya Joko, Psiko UGM 08 yg dari SMA 1 Blitar



Sampe sekitar jam 11.20 bus Kawan Kita itu tiba di terminal Kediri, takada hal yang cukup menarik, paling pol aku bisa ngeliat dengan urutan terbalik pemandangan aku liat kalolagi mudik(maksude, kalo lagi mudik kan pemandangan di sebelah kiri bakalan sama dengan pemandangan sebelah kanan waktu balik..????)



Berhubung terminal tujuanku berikutnya itu ke Nganjuk, n ternyata bus Kawan Kita itu jurusan Nganjuk juga, maka aku ga pake turun ke terminal, n alhamdlillah, bus ini langsung ga pake ngantri lagi. jadi bisa langsung meneruskan perjalanan ke Nganjuk dengan santai..(terang aja santai n longgar, wong penumpangnya udah pada turun di kediri..)



Dalam perjalanan ke Nganyuk,eh salah lagi, Nganjuk, ternyata ada seorang Bapak-Yang-Mau-Turun-Di-Secang, disingkat BYMTDS. Si BYMTDS ini ngajak ngobrol, dari soal anaknya yang sekolah di STM (SMK ding sekarang) sampe rute bus kalo mau ke Secang. si BYMTDS ternyata orangnya ga bener-bener suka ngobrol, jadi waktu sekitar 45 menit pejalanan Kediri-Nganyuk, ngobrolnya dikit.



Dlm pejalanan, selama g diajak ngobrol sama si BYMTDS itu aku perhatiin jalan. Ini merupakan kegiatan yang informatif kalo lagi safar, soalnya aku nyariin patok tulisan NGANJUK 21 KM, NGANJUK 20 KM, dst. Selama nyari itu patok, kalo diperhatiin ada patok laen yang warnanya kuning tiap jarak 100 meter, tulisannya DMJ BM. Aku tebak BM berarti Bina Marga alias sing mbaurekso jalan. cobalah, kapan2 tanya pak dosen apa gunanaya patok itu...



bersambung...